FOTO: DOKUMEN PRIBADI TULUS SAPMOKO |
Terlepas dari kontroversi dampak yang diakibatkannya, nyatanya jejaring sosial memiliki dampak positif. Hal ini kurasakan kala aku bisa bertegur sapa dengan banyak orang. Salah satunya bertegur sapa dengan kiper Persikaba. Nah, belum lama ini aku mencoba berinteraksi dengan salah satu kiper andalan Persikaba Blora. Tentunya bagi warga Blora, terlebih bagi mereka yang menyukai sepak bola tidak akan asing dengan nama Tulus Sapmoko. Yup, dia adalah kiper langganan Persikaba. Sebenarnya aku sudah beberapa kali melihat Mas Moko bermain. Baik ketika ia berkiprah membawa nama Persikaba maupun ketika ia memperkuat Kecamatan Ngawen saat Bupati Cup digelar.
Singkat cerita, aku mengenalnya secara langsung dari
seorang teman Saminista, nanti di episode selanjutnya akan aku tulis juga kisah
temanku ini. Dari teman Saminista ini kemudian aku mencoba mengontak Mas Moko,
nama panggilan Sang Kiper melalui facebook
dan berlanjut ke whatsapp. Tepatnya
pada Minggu, 23 Juli 2021 akhirnya aku berkesempatan main ke rumahnya. Dengan
janjian dulu pastinya ya. Sekira pukul 13.30 sampailah aku di rumah Mas Moko.
Sebenarnya rumahku tak terlalu jauh tapi karena ada perlu di kota, aku baru
bisa main ke rumahnya hari ini. Berada
di pingir jalan raya Blora-Purwodadi, tepatnya di depan SMPN 1 Ngawen, Mas Moko
nampak duduk santai di depan rumah mengenakan kaos berwarna biru. Setelah
bersalaman, kami pun ngobrol ngalor-ngidul. Waktu itu belum terbersit keinginan untuk membuat skena Blora Hiper
Bola, jadinya obrolan pun masih seadanya. Selang beberapa hari muncullah
pemikiran untuk membuat skena ini. Barulah kemudian aku mengontak Mas Moko
kembali untuk meminta izin agar kisah hidupnya kutulis. Alhamdulilah, tidak
hanya diizinkan, beliau bahkan menceritakan secara lengkap kisah-kisahnya
kepadaku.
Awal bergabung dengan Persikaba
Tulus Sapmoko, lelaki asal Desa Sukolilo, Ngawen ini
memiliki postur tubuh yang cukup ideal sebagai penjaga gawang. Dengan tinggi
badan ± 178 cm memudahkan ia bergerak bebas di udara guna menangkap dan menepis
bola. Tentang awal perkenalannya dengan Persikaba, Mas Moko bercerita, “Dulu
diajak senior-senior dari Ngawen untuk ikut latihan bersama Persikaba. Setelah
itu ikut seleksi. Nah lolos dari seleksi, kemudian aku masuk tim magang
Persikaba, Dik,” Kisah Mas Moko kepadaku. Pada 2004 ia pun masuk dalam tim
Persikaba, usianya saat itu masih 23 tahun. Mulai 2004 sampai 2007 ia selalu
menjadi pemain langganan yang ditunjuk untuk mengisi slot penjaga gawang Persikaba.
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Nampaknya
peribahasa ini berlaku untuk Mas Moko. saat kutanyakan apa yang menyebabkan dia
tertarik untuk menjadi penjaga gawang, Mas
Moko menjawab, “Bapakku dulu adalah kiper PSS Ngawen sementara adikku seorang
striker. Saat aktif di dunia sepak bola professional aku jadi kiper. Giliran setelah
pension kok malah asyik jadi striker.” Nah, teman-teman peran orang tua
nyatanya sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang seorang anak. Ini pula lah
yang dialami Mas Moko.
Riwa-Riwi Dikontak Persikaba
Tak hanya memperkuat Persikaba saja, sang kiper pun
pernah merasakan merumput bersama tim lain. Tak tanggung-tanggung sampai ke
Sumatera. Tercatat pada 2008 ia pernah memperkuat PSKPS Padang Sidempuan. Baru
setahun bersama PSKSPS, ia dikontak manajemen Persikaba. “2009 aku dikontak
manajemen Persikaba. Jadi 2009 aku kembali ke Blora dan kembali memperkuat Persikaba,
Dik” ujar Tulus Sapmoko.
Belum lama memperkuat Persikaba, Mas Moko hijrah ke
kota tetangga. Merumput bersama Persiku Kudus selama dua musim, yaitu musim
2009/2010 dan 2010/2011. Dua musim memperkuat Persiku, pada 2013 Mas Moko
dipanggil lagi oleh manajemen diminta untuk memperkuat Persikaba. Ia pun pulang
ke Blora. Setahun membela Persikaba, pada 2014 ia kemudian hijrah ke Jawa Timur,
menimba pengalaman dengan bergabung bersama PSID Jombang. Setahun memperkuat
PSID, ia lagi-lagi diminta manajemen untuk kembali memperkuat Persikaba. Mas
Moko pun kembali memperkuat Persikaba pada 2015-2016.
Pengalaman Tak Terlupakan
PERSIKABA LOLOS DIV.III |
Tokoh Idola
Setiap orang tentunya memiliki sosok idola. Begitu pun
dengan banyak sekali pemain sepak bola di dunia, tak terkecuali Mas Moko.
Ketika kutanya tentang tokoh idola, ia mengatakan bahwa Taffarel merupakan
sosok idolanya. Lhaik! Siapa Taffarel ya? Wah pasti kalian asing dengan nama
ini bukan? Dia adalah kiper timnas Brazil. Waduh kalian udah pada lahir apa
belum ya era Taffarel ini? “Kalau pemain Indonesia, aku suka sama Hermansyah. Itu
lho mantan kiper timnas,” nah lho kalian asing lagi kan sama nama ini? Usai
menjawab pertanyaan ini beliau pamit mau main bola. Ketika mau pergi ia bilang
kalau usianya sudah kepala empat. Empat puluhan bro! Heran bukan? Kok fisiknya
masih tampak awet muda ya. Rajin olah raga dan makan makanan yang bergizi begitu
kata beliau. Sementara sampai di sini dulu kisah tentang Mas Tulus Sapmoko. Next kita sambung lagi, sebenarnya sih masih
penasaran dengan skuad Persikaba era 2009-2010 tapi ya lain waktu kita bahas
ya. Sudah malam. Tangan dan mata sudah lelah. Selamat membaca.