Senin, 11 Februari 2013

Puncak Rindu

Setelah sekian lama berkutat dengan penat yang selalu bersahabat, akhirnya ada jalan. Benar juga kata pepatah dimana ada usaha, di sana ada jalan. Kebuntuan pikiranku yang berujung di buku ini ter 'plong' kan berkat bantuan teman. Pingin tahu kenapa? Karena rasa rinduku untuk membaca Pram. Wah, pusing bukan main, mikir gimana caranya mendapatkan tetralogi Pulau Buru. Masterpiece yang sungguh istimewa. 
Eh setelah agak lama mengubungi sang Kawan akhirnya dibalas juga. Si Kawan pulang dari Jogja, jadi sekalian nitip. Besoknya Minggu dapat sms, "aku udah di Blora, ayo". Kukejar dia. Sempat berhenti di Pom Bensin untuk isi BBM. Malah ada pemandangan yang nggegirisi. Di pinggir jalan itu nampak ada Bapak-Bapak bleeding di tangan. Setelah kutanyakan kepada petugas Pom ternyata beliau kejatuhan pohon yang sedang ditebang. 
Alhasil, kerinduan situasi Jogja cukup terpuaskan setelah ngobrol-ngobrol dengan si kawan ini. Weitss kabar bagus, tak hanya Anak Semua Bangsa dan Jejak Langkah yang kudapat, tapi juga dua buah film dokumenter The Act of Killing dan Bang Bang Club. Hebat. 

Buku Stalin Muda karya Simon Sebag Montefiore yang selama ini belum khatam dan tinggal finishing akhirnya langsung kukebut, dan selesai juga. 
Akbirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, Anak Semua Bangsa! Kerinduan ini akhirnya kunikmati juga. Sembari menikmati kerinduan, The Act of Killing jadi selingan. Ternyata tak terlalu menarik, walau ada kalanya merinding menegangkan. Film yang mengupas pengakuan jagal G30 S yang dulu  aktif di organ Pemuda Pancasila. Miris, merinding. Kemerindingan ini ditambah dengan film Bang bang Club. Sama halnya dengan The Act of Killing, dokumenter juga. Bedanya, Bang Bang Club ini menceritakan sitpol (situasi politik) di Afrika Selatan. Negara yang ketika itu bergolak disebabkan politik apartheid. Hingga akhirnya muncul Nelson Mandela ke permukaan. Film ini menceritakan tentang kehidupan War Photographer ketika mencari gambar di tengah peperangan yang sadis. Lebih mengerikan karena persitiwa peperangan dan pembunuhan diperlihatkan secara jelas.  Mengerikan tapi realistis karena film ini diangkat dari catatan harian pelakunya, based on true story. Jadi film ini lebih hidup dan apa adanya. Bagus juga.
 

0 komentar:

Posting Komentar