Minggu, 18 November 2012

Manusiakah?

Masih terbayang jelas dalam kepala kita masing-masing tentang rubuhnya menara kembar WTC. Juga masih tertulis jelas dalam tinta sejarah tentang pengganyangan besar-besaran tentara Nazi terhadap orang-orang Yahudi. Sejenak saya berpikir, hanya dengan pemikiran sempit seseorang berani berbuat nekad. Bahkan, menaklukkan satu rezim dan menguasai negara. 

Kutarik memoriku, kutancapkan pada bangsa ini. Bangsa Indonesia. Empat puluh enam tahun yang lalu, terjadi pula pengganyangan besar-besaran. Pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh satu oknum terhadap rakyat sipil. Masih saja tak percaya hanya karena isu dan adu domba, rakyat akhirnya saling serang dan saling bunuh. Kala itu agama yang dikira paling mustajab untuk bernaung, tak ada artinya lagi. Fitnah dan ambisi lebih berkuasa dari apapun juga. 

Tepatnya setelah Peristiwa G 30 S (kurang lebih setelah 30 atau 1 Oktober 1965) rakyat Indonesia dirundung duka. Pasalnya, berasal dari organ partai yang berseteru, dilanjut dengan pembiusan satu dua oknum meletuslah clash di masyarakat. Beradasarkan sumber yang telah kupelajari, peristiwa yang kemudian bermuara pada satu oknum bernama Soeharto yang ternyata pandai memainkan peran menyebabkan lebih dari tiga juta rakyat Indonesia melepaskan hembusan napasnya. 

Terakhir, sumber yang kudapat dari seorang teman menceritakan bagaimana bengis dan kejamnya seorang manusia terhadap manusia lainnya (lihat majalah Tempo edisi 1-7 Oktober 2012). Majalah yang menyajikan liputan khusus tentang Para Algojo tahun 1965-1966 itu dengan gamblang menyajikan kronologi pembantaian manusia Indonesia yang disangkutkan pada partai terlarang. Tikam, tusuk, tebas,  pukul semua cara yang dilakukan Algojo waktu itu diceritakan dengan jelas sekali. Bahkan, tak sedikit oknum dari agama yang ikut melaksanakan aksi genosida tersebut. Saya bukanlah eksponen dari parti terlarang itu, tapi bagi saya sendiri peristiwa itu adalah dehumanisasi besar-besaran. 

Bagaimana rakyat bisa tenang kalau stiap detik rasa was-was mendatang sanubari? setiap menit ketakutan akan kematian hinggap dan mucul menyeruak? Sayangnya, semua adalah bagian dari sejarah kelam yang tak akan bisa dilupakan. Belajarlah dari sejarah, karena sejarah akan selalu berulang Histoire se repete.....

0 komentar:

Posting Komentar