Selasa, 18 September 2012

Mimpi Manusia Kecil


Di tanahku ini. Tanah kelahiranku. Setiap kali musim kemarau datang semua terlihat semangat.  Semangat untuk bisa mendapatkan air bersih. Mereka bersemangat seolah penganggur telah mendapat pekerjaan baru. Di layar televisi banyak disiarkan berita tentang kekeringan di berbagai daerah. Tetapi tidak untuk di sini. Kering, tandus, dan panas. Itulah asupan makanan kami. Asupan gizi kami untuk terus hidup dalam segala keterbatasan. Dan kekeringan di tempat tinggal kami ini pula sering luput dari liputan. "Cobalah tengok daun dan ranting pohon dan kebun kering semua". Yang tersisa hanya jeritan tangis anak-anak kecil karena ditinggal main kawannya. 
Terkadang muncul pikiran untuk mencari formula penanggulangan kekeringan ini. Dari tandon air raksasa, sampai pikiran untuk menemukan dan mengelola sumber air yang sedikit untuk dapat dilipatgandakan menjadi berlimpah ruah. Sayangnya, aku buka professor, aku juga bukan peneliti-peneliti jenius yang selalu sibuk dengan ide-ide gilanya. Aku hanya manusia biasa. Yah, manusia sebagai kebanyakan orang. Bukan manusia-manusia dengan sejuta predikat dan kebanggaan. Miris, setiap kali lewat sering kujumpai berpuluh manusia bermandikan peluh. peluh yang selalu mengucur ke segala penjuru badan. Hingga tak satu titik pun kering. Hal yang sangat berlainan dengan desa tempat tinggalku. 
Mungkinkah mimpi untuk bisa lepas dari stempel daerah kekeringan ini bisa lepas? Aku pun tak tahu.
Yang aku tahu, ketika musim2seperti ini datang kami selalu sibuk mencari lubang air. Lubang yang lebih banyak mampet daripada "mbelernya". Ini mimpiku sebagai manusia kecil, kawan...

0 komentar:

Posting Komentar