Senin, 24 September 2012

Super Women

\m/ Malam menjuntai. Mengiringi kepergian sang sore dengan beribu ucapan terima kasih. Di ujung dunia ini kuraih buku berdebu yang tersimpan di rak. Kuambil dan perlahan-lahan kubuka. Buku ini beerjudul "Bimala" karya sastrawan legendaris kebangsaan India, Rabindranath Tagore. Aku berani melangkah ke fiksi ini karena buku tentang esai sudah selesai kumakan. "Pendidikan Kaum Tertindasnya" Paulo Freire sudah masuk dalam memori ingatanku. Dua-duanya buku yang baik. Memang beginilah kalau pengarang yang juga pemikir. Kembali ke Tagore. Karya Tagore yang lain juga sudah ke embad sebelumnya dengan tanpa basa-basi. Sayang, karena puisi aku kurang suka. jadi kurang begitu mendalami. Perlahan-lahan aku mulai belajar tentang cinta, wanita, dan perjuangan. Bimala sangat berbeda dengan Matnya Maxim Gorky yang diterjemahkan Pramoedya Ananta Toer dengan judul "Ibunda". Dalam Mat sosok wanita (Ibunda) yang digambarkan sangat radikal, lain halnya dengan Bimala dalam Bimala. Bimala sosok yang apa adanya, manusiawi. 
\m/ Bicara tentang wanita, Indonesia punya R. A. Kartini. Seperti yang sudah disenggol Pram dalam "PAKSA (Panggil Aku Kartini Saja)", wanita yang satu ini menjadi legenda di bumi Merah Putih. Tapi, apa yang beliau perjuangkan? Tak banyak yang tahu. Padahal, tanggal 21 April diperingati sebagai hari pahlawan emansipasi wanita ini. Kartini yang hisup dalam pingitan selalu berusaha belajar dengan buku-buku yang diperolehnya. Buku-buku apapun saja. Selain itu, dia juga mencoba menembus tebalnya tembok pingitan ini dengan diskusi. Kepada temannya Estelle Zeehandelar di Belanda, dan banyak lagi. Surat menjadi alternatif Kartini sebagai media berkomunikasi. Kini, suratnya itu disatuka dan dijadikan sebuah buku yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" yang diterjemahkan dari judul aslinya berbahasa Belanda "Door Duisternicht to Licht". Beginilah harusnya wanita itu. Bukan hanya mementingkan style, gaya rambut, perasaan, belanja, merias wajah, ah semua hanya demi sebuah kepantasan belaka. Mungkin sudah kodratnya, entahlah. aku juga tak tahu. Selain Kartini, disebutkan dalam buku yang sama (PAKSA) Pandhita Ramabai juga merupakan tokoh wanita yang membawa  India bangkit. Maaf, untuk Pandhita Ramabai belum kupelajari lebih jauh. 
\m/ Masih tentang wanita, Ir. Soekarno juga pernah menulis buku yang berjudul Sarinah. Buku yang sangat mengerikan yang banyak mengupas tentang perjuangan. Setelah dari masa ke masa yang silam, coba kita tengok ke hal yang kemarin. Marsinah pun begitu. Seorng buruh yang menglami penyiksaan berat sampai akhir hayatnya. 
Wanita yang manakah yang akan kamu pilih?? Pertanyaan yang sangat bagus. 
Yang pertama, adalah wanita yang mau diajak untuk hidup dan berjuang. 
Yang kedua. adalah wanita yang selalu bersikap apa adanya. Tak perlu berpura-pura hanya demi sebuah tujuan. 
Yang ketiga, wanita yang mengerti dan menerima keadaan kita sebagaimana adanya. Ini adalah syarat teoretis yang akan berlawanan dengan yang terjadi di dunia realitas. Apa jadinya esok entahlah. Yang pasti karena misteri itulah kita hidup di dunia. 

0 komentar:

Posting Komentar